Anti Mage si Pendeta Terakhir














Kuil Turstarkuri yang dahulu berdiri megah, sekarang tidak lebih dari sebuah reruntuhan. Bangunan yang sempat dihiasi oleh tanaman liar telah berubah 
menjadi sebuah makam. Siapa yang telah melakukan perbuatan sekejam ini
dan membuat Anti-Mage termotivasi untuk mengikuti 
War of the Ancients?


Jatuhnya Mad Moon telah membuat semua orang dari berbagai penjuru dunia mencari pecahannya dengan harapan mendapat kekuatan dari seorang Ancient. Namun, jauh di daerah pegunungan Turstarkuri, para pendetanya tidak tergoda dengan hal tersebut. Disaat para raja dan penguasa saling membunuh demi kekuasaan dan banyak orang berlatih untuk memperkuat ilmu sihir yang mereka miliki, para pendeta Turstarkuri hanya melakukan meditasi dan mengabaikan semua kejadian di sekeliling mereka.

















Ditengah meditasi yang selalu mereka lakukan setiap harinya, tanpa disadari sebuah bahaya yang dapat mengakhiri kisah para pendeta Turstarkuri telah muncul. Dead God, sang dewa misterius yang selalu melantunkan nada mistis untuk membangkitkan para arwah telah kembali bergerak. Satu persatu prajurit yang telah gugur di medan pertempuran telah hidup kembali untuk menyembah dirinya, walaupun tidak lebih dari sebuah tubuh yang tidak bernyawa, prajurit tetaplah seorang prajurit, hanya saja kali ini mereka tidak mengenal rasa takut.
Rasa haus Dewa tersebut akan perang dan kekacauan telah membuat Turstarkuri sebagai target utama baginya, dan kebeciannya akan ajaran yang bertentangan dengan dirinya telah membuat Dead God semakin membenci tempat tersebut. Di sebuah tanah kosong yang dahulu pernah menjadi medan pertempuran, dia menemukan makam dari seorang prajurit yang namanya sudah tidak bisa dikenali lagi.

Sebelumnya, sang Dead God telah kehilangan seorang pahlawan yang terbunuh karena tidak dapat mengendalikan arwah yang dia bangkitkan, dan kelihatannya sang Dead God telah menemukan penggantinya. Dengan lantunan lagu mistis yang terus terdengar, tubuh yang tidak lagi berbentuk dari prajurit tersebut bangkit bersama dengan teman seperjuangannya. Namun, sang Dead God memberikan sedikit kekuatannya kepada prajurit tersebut dan menjadikannya sebagai pahlawan pilihannya; dengan ratusan arwah dibawah kendalinya dan kekuatan untuk menghisap energi dari makhluk hidup lain, Dirge sang Undying telah bangkit untuk menyebarkan ajaran Dead God.

Puluhan atau bahkan ratusan tahun mungkin telah berlalu semenjak Dirge terakhir kali melihat cahaya matahari, dia sudah melupakan nama dan tujuannya sebagai seorang prajurit. Berkat kekuatan baru yang dia miliki, Dirge membangkitkan tubuh para prajurit yang sudah tidak bernyawa. Baik lawan ataupun teman seperjuangannya, sekarang mereka berada di bawah kendali Dirge dan pasukan tidak bernyawa tersebut secara perlahan bergerak menuju Turstarkuri, sambil meninggalkan jejak kematian dalam setiap langkah yang mereka ambil.















Berkat perang yang selalu terjadi dibawah kuil Turstarkuri, Dirge berhasil membangkitkan ratusan dan bahkan ribuan prajurit baru untuk membantu dirinya menghabisi semua yang menentang ajaran Dead God. Setibanya dia di kuil tersebut, apa yang dia lihat sempat membuat dirinya terkejut – para pendeta terus melakukan meditasinya tanpa memperlihatkan rasa takut dari wajah mereka saat berhadapan langsung dengan pasukan tidak bernyawa.

Para pendeta percaya bahwa apa yang ada di hadapan mereka tidak lebih dari sebuah ilusi sebuah godaan yang diberikan oleh para Dewa untuk menggoyahkan meditasi mereka. Sayangnya, pedang dan tombak yang menusuk tubuh mereka berkata lain. Tanpa rasa ampun Dirge menghabisi satu persatu pendeta yang ada di tempat tersebut dan membangkitkan mereka kembali sebagai pengikut dirinya dan 
Dead God. Namun, satu hal yang tidak dia perkirakan adalah kehadiran seorang pengembara tanpa nama yang menyaksikan kejadian itu.

















Apa yang pengembara tersebut saksikan jauh lebih menakutkan dari apapun yang pernah dia lihat sebelumnya – satu persatu pendeta yang dia kenal telah berubah menjadi sosok yang tidak berbentuk dan dalam sekejap kuil tersebut dipenuhi oleh pasukan tidak bernyawa. Walaupun dirinya belum mempelajari banyak hal dari para pendeta kuil tersebut, sang pengembara berhasil menggunakan ilmu sihir untuk pertama kalinya yang dia dapat dari buku para pendeta untuk melarikan diri dari kuil tersebut. 

Hanya berbekalkan buku ajaran Turstarkuri dan rasa benci yang sangat mendalam kepada ilmu sihir, sang pengembara meneruskan hidupnya dengan penuh penyesalan dan bersumpah untuk membunuh siapapun yang berani menggunakan ilmu sihir dari muka bumi.

Dalam pelariannya, sang pengembara menghabiskan berhari-hari untuk menyempurnakan teknik yang dia dapat dari buku-buku peninggalan para pendeta dan merubahnya menjadi sebuah teknik bertarung. Sekarang, sang pengembara tersebut dapat menyerap energi seorang penyihir dengan setiap serangan senjata yang dia gunakan dan tubuhnya menjadi kebal terhadap ilmu sihir – sang pengembara tanpa nama telah lahir kembali sebagai Anti-Mage.Satu demi satu penyihir di berbagai penjuru dunia berhasil dia kalahkan hingga suatu hari nama Anti-Mage menjadi sebuah julukan yang diberikan kepada dirinya. Hanya dengan menyebutkan nama tersebut, rasa takut langsung menghantui siapapun yang berani menggunakan sihir; mereka tahu bahwa hanya masalah waktu sebelum Anti-Mage tiba di hadapan mereka.

Dalam setiap perjalanannya, Anti-Mage selalu mendapatkan berbagai senjata baru sebagai bukti dari kekuatannya, namun, dia sadar bahwa perjalanannya masih sangat jauh sebelum dirinya berhasil mengusir para pengguna sihir dari seluruh dunia. Kabar tentang dimulainya War of the Ancient mulai menarik perhatiannya, dan setelah mengetahui bahwa Dirge akan mengikuti perang tersebut sebagai salah satu pahlawan pilihan Diruulth, Anti-Mage memutuskan untuk mengikuti perang pertamanya demi membalaskan dendam para pendeta Turstarkuri.

Begitulah kisah sang Pendeta Terakhir!

Komentar

Postingan Populer